Banyak orang mengatakan, uban menandai kematangan seseorang. Ketika rambut seorang pria mulai beruban, bahkan sering dianggap membuat penampilan makin bijaksana. Tetapi lain halnya bila uban ini muncul lebih cepat dari yang kita duga.
Dulu, uban mungkin baru muncul pada usia akhir 30-an atau awal 40-an. Namun menurut sebuah studi yang digelar secara eksklusif untuk majalah Life & Style, hampir sepertiga (32 persen) perempuan Inggris di bawah usia 30 tahun kini sudah mulai beruban. Dua pertiga dari mereka mengatakan bahwa stres adalah penyebabnya. Padahal 20 tahun lalu, proporsi perempuan yang mulai beruban di bawah usia 30 tahun hanya 18 persen.
"Lebih dari tujuh juta perempuan Inggris mewarnai rambut mereka di rumah," kata Claire Peake, senior product manager di John Frieda, merek perawatan rambut yang mengadakan riset ini. "Meskipun kita tahu bahwa alasan utama perempuan mewarnai rambut adalah untuk menutupi uban, tapi kami mengasumsikan perempuan muda menggunakan produk pewarna rambut untuk alasan fashion. Namun, kebutuhan untuk menutupi rambut putih memang meningkat."
Michela Colling, 28, seorang penata interior dari North London, mengaku bahwa uban mulai tumbuh ketika usianya 25 tahun. Saat itu, ia baru berpindah rumah dan membuka bisnis. Ia yakin kedua hal ini saling berhubungan.
"Mempekerjakan diri sendiri itu bikin stres, karena kita tak pernah tahun kapan job akan datang. Ketika saya sedang bekerja, rasanya tertekan sekali," katanya. Ia tak bisa melupakan pikiran akan kaitan antara stres dan uban di rambutnya itu. Apalagi, ia merasa wajahnya jadi terlihat tua akibat helaian-helaian uban di rambutnya.
Repotnya, masyarakat menganggap perempuan beruban dianggap telah mencapai akhir usia reproduktifnya. Padahal, saat ini perempuan juga cenderung menunda kehamilan. Akibatnya, saat mereka mulai merencanakan anak, rambut mereka sudah memutih di banyak tempat. Ini menyebabkan mereka terlihat lebih tua dari ibu mereka saat mulai hamil.
Uban sebenarnya adalah rambut yang tidak memiliki pigmen, dan disebabkan melanocytes -sel-sel yang memproduksi pigmen- mulai rusak. Hal ini akan terjadi secara alami ketika usia kita bertambah. Namun beberapa pakar kesehatan mengatakan bahwa uban juga bisa disebabkan oleh gen, bukan sekadar oleh gaya hidup.
"Faktor utama penyebab uban adalah usia, yang kini sudah bisa diterima oleh setiap orang, " kata Nina Goad dari British Association of Dermatologists. "Uban prematur biasanya ditentukan oleh genetik, dan hanya sedikit yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Bagi kebanyakan orang, uban tidak disebabkan oleh sesuatu yang Anda lakukan, tapi karena faktor-faktor genetik yang tak dapat dikontrol. Secara umum, gaya hidup tidak memengaruhi kapan rambut mulai kehilangan warnanya."
Pendapat ini dibantah oleh pakar lain, yang mengatakan bahwa uban prematur merupakan akibat stres. Dalam bukunya, The Hair Bible, Philip Kingsley menjelaskan bagaimana stres bisa memengaruhi tubuh.
"Kita tahu, stres itu menguras vitamin B, dan banyak eksperimen dengan tikus yang kekurangan vitamin B menyebabkan bulu mereka menjadi putih. Hal yang sama terjadi pada studi pada manusia, dimana vitamin B tertentu yang dikonsumsi dalam jumlah besar bisa mulai membalikkan proses tumbuhnya uban," paparnya.
Ia bukan satu-satunya orang yang mengaitkan uban dengan stres. Para peneliti Jepang juga memaparkan bahwa folikel rambut rentan terhadap jenis stres yang merusak DNA. Tipe stres ini, yang disebut stres oksidatif, disebabkan oleh paparan asap rokok, sinar ultraviolet, dan polusi. Juga ada hubungan antara stres emosional dan stres oksidatif, yang menunjukkan bahwa kekhawatiran perempuan seperti Michella cukup beralasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar